Kamis, 12 April 2012

a step forward

i am biologically a female, but in some aspects in my mind, i tend to think like male.
i had just broken up with my ex after an amazing two years.. and now i cannot think of dropping any single tear. there's nothing to be sad either regret about. after hours thinking, i came to a conclusion that we are better off separated. when we broke up, i thought the reason why i cried was because i am still in love with him. but then i knew i was wrong. the main reason why i cried was i knew i had lost my love in him since many months ago... but all this time we were pretending to be a good couple. he treated me nice because becoming nice is his duty to his girlfriend and vice versa.
we had wasted so much time pretending to be okay and happy, because we didnt want to hut each other's feelings. we believed that the thing so called love was still there, inside that small hut we built and tried everything to find it back. we didnt realize that that warm and lovely glow had gone..and we couldnt do anything but leaving that place.
he was right. "take your time alone, and you'll realize how much you've fed up with me."
he was right.
and now when he left, i feel better. i am never as happy as nowadays. i mean, i was always living in fear of losing him and worrying his stupid fans club, but now i am free from that. it's energizing, relieving. i have nothing to lose!
being single is the ultimate time to find ways to define who i am in my way. because during our relationship, people tended to define me according to him. in doing this, there were always binary oppositions established. and now those binary oppositions have broken down.

though people tend to expect girls to moan, cry and desperate for a long time after breaking up, so sorry, i dont do that way. i am a human too. i deserve to be happy and am not scared to reach out for it.
they may think this is too soon.. but as i told before, my feelings to ali had been gone since a long time ago so technically, i am rushing on nothing. this is not too soon.

well, i wanna be falling in love again. and i am ready for it.

every ending is a beginning

Yah mimbik-mimbik lagi deh.. Hehe 

Hari ini (Senin 8 April 2012) Ali ke rumah. Setelah nggk ketemu dari Kamis, akhirnya hari ini kita ketemu. Dia masih make kaos yang terakhir dia pinjemin ke aku, kaos putih dari Turki. Dia keliatan ganteng banget, jenggot dan kumisnya udah dia cukur – aku sempet mikir astaga teganya ya anak ini giliran mau mutusin aku dia dandan, dl pas masih pacaran dekilnya minta ampun – dia keliatan putih dan seger, sayangnya siang itu di hari kita terakir sama-sama, aku cm pakek kaos jelek dan celana training, blm mandi dan nggk keramas 4 hari, melungker di sofa.

Dia bilang kalo dia udah dijodohin sama abinya. Bener kan apa aku bilang… Dan dia bilang, masalah utama kita harus putus bukan karena dia dijodohin atau apa, tapi karena dia emang udah nggak ada rasa sama aku. Aku harus gimana ya pas dia bilang gitu.. ya aku cuma bisa diem terus nangis. Bukan nangis yang minta balikan, tapi nangis, kenapa sih aku sebego ini bisa-bisanya aku kecolongan…

*yah di tv ada cant take my eyes off of you. Jadi inget Ali punya lagu ini dlm 5 versi yg berbeda, dan sore itu kita duduk2 di kampus C dan dengerin lagu ini satu-satu.. the sky was wide and blue, as if we were thrown into the universe*

Katanya, dia udah bener-bener nggak bisa sama aku lagi. Terlalu banyak watak yang berbeda. Aku terlalu galak dan dia terlalu lamban. Dan di tengah pembahasan ini dia sempet-sempetnya bilang kalo aku cocoknya sama Hatma – duh aku nggak mau cocok sama siapa-siapa selain dia… Lagian telat banget, orangnya udah punya pacar juga.

Dia juga bilang, foto-foto dan dataku yang ada di laptopnya nggak bakal dia hapus. Because he thinks I am different. “Aku pengen (pacar) sing koyok awakmu, tp sing galak dan pintere rodok nisor titik. Sing seimbang karo aku.” Aku ketawa masio nang njero ati mbatin jancuk. “Aku wes gak isok yank, angkat tangan aku. Wes piro mantanmu sing angkat tangan, aku saiki angkat tangan pisan. Jujur awakmu terlalu expert gawe aku…”

Aku harus ngomong apa terusan.. Ya aku nggak bisa ngomong apa-apa kan. All I can really thought was “if only I treated you better..”

Dan setelah aku mikir-mikir lagi.. Perasaanku ke dia udah bocor dari dulu. Sejak kita pacaran 8 bulan pas aku tau ortunya pengen dia sama anaknya kyai juga, pelan-pelan keyakinanku ke hubungan ini menyusut. Menyusut dan menyusut lagi pas Hatma dateng, terus kempes pes pas Aina telpon dan bilang mereka udah tunangan. Semakin kempes lagi ketika dia masuk BEM. Setelah dia pensiun dari BEM, aku pikir akhirnya dia kembali di sisiku, tapi yah… what always happens, happens. Life.

Dari awal kita jadian, aku udah tau keadaannya bakalan susah. Dan yah, inilah yang terjadi sekarang.

Sekarang ini adalah level terendah. Aku emang sayang sama dia, tapi kalo perasaan itu ibarat fanta di botol plastik, botol plastikku udah bocor dari dulu-dulu. Bocornya kecil dan netesnya juga pelan, tp semakin kesini aku nyadar sebenernya fanta yg tersisa di dalam botolku udah nggak cukup buat ngobatin haus. Mungkin jumlahnya juga nggk lebih banyak dari pipisku semalem.

Dan botolnya Ali mungkin udah bocor sejak lama. Tapi dasar orangnya kayak gitu, dia telat banget nyadar kalo botolnya malah udah kosong. Mungkin botolnya juga udah nggak ada, udah dia buang buat ngelemparin anjing galak di deket kosnya.

Kalo aku ditanya, apa aku bahagia.. ya bahagia. Tergantung lah standar ‘bahagia’ mana yang aku pakek. Kalo standar bahagia yang dipake adalah yg kyk di FTV atw di negeri dongeng, ya kisahku ngenes namanya. Akhirnya kami berpisah, ciuman bentar, merasa hambar, ketawa, dan… yah, inilah hidup. Kamu ketemu orang baru, kamu jatuh cinta, kamu gulung gulung lari lari hujan hujan sama dia, dan setelah kamu sadar dia bukan partner gulung gulung lari lari dan hujan hujan yang baik, kamu memutuskan buat selesai.

Kalo aku boleh jujur, ini hubungan yg paling aku suka. We were a great team. If I jump on the memories of our silly backpacking to new places, I always feel like crying. With my vivid memory skill, memories killing me faster than poison.

The only thing I regret is… kita belom sempet photobox bareng.

Hahahaha. Taek.

Aku sekarang ngetik sambil mimbik-mimbik sih, tapi yah kalo otakku jalan, sebenernya jauuuh di dalem hati aku lega udah putus sama Ali. Kita udah terlalu sering berantem gara-gara masalah sepele. Aku nungguin dia berjam-jam, ternyata dia masih tidur. Kita janjian dimana, ternyata hapenya mati dan chargernya ketlisut di kantong Doraemon. Aku mau makan yang cepet, tapi dia minta dimasakin cumi-cumi spesial.

Oh jelas kamu bakal kangen sama masakanku. Nasi Goreng Mbah Mbothe dan Cumi Ireng tiada tanding tiada banding!

Dan begitulah. Ketika matahari muncul, aku jadi waras dan bisa nerima kenyataan. Oke, aku udah nggak bisa sama Ali. Pintu cantik di belakangku udah tertutup dan mulai sekarang yang ada cuma jalan ke depan dan nyari pintu lain yang masih terbuka. Tapi pas malem tiba, aku jadi takut banget. Aku takut kesepian. Aku mau tidur sama mama, paling nggak ada temen ngobrol sampe aku ketiduran… dan mendadak aku jadi kangen BANGET sama dia. Aku takut, besok aku bangun sebagai orang lain yaitu mantannya Ali – yah emang bener gitu sih, tapi lak yo loro seh -__-“

Mungkin selama ini, alasanku bertahan sama Ali bukan karena aku masih sayang sama dia, tapi karena aku bener-bener takut kesepian. Rumahku jauh dari peradaban, mama yang didominasi sama bapak, adik yang luar biasa galak – when I enter home, the whole world is suddenly shut down. Kill me. So in this case I really need Ali. I need him to call me and we talk, we laugh and watch Tv. He watched Tv in his place and I’m in mine then we talked on the phone. Guess I was so lonely and our conversaation grew like friends, I mean best friends, where there’s no love either lust involved.

Sebenernya aku seneng juga, karena dengan kita putus gini, aku udah bebas dari cap “oalah iki tah pacare Mas Ali, kok ngene she, biasa ngene…” Cok. Wes jembek aku krungu omongan koyok ngono. Iyo ancen aku elek kulu-kulu, tapi laposeh koen ngurusi? Yakin deh begitu aku putus gini Mas Ali Fans Club baik yang terdaftar ataupun yang tidak pasti langsung jingkrak-jingkrak.

Go ahead. Aku udah lelah sama labelling itu. Aku Vema Novitasari. Aku punya nama dan identitas, punya kepribadian dan kehidupan yang sama sekali nggak berhak buat dinilai apalagi didefinisikan dari posisiku sebagai pacarnya Ali. I wanna be defined as ME, not as Ali’s girl friend. It is stupid how people can talk so many things about me when the only thing they actually know about me is my name.

Well I gotta say, it is scary how you used to date handsome but unknown guy, but suddenly he became popular and everybody hates you because he loves you. I don’t want any handsome guy. Famous. Great. Nice eyes. I just want a proper, compatible and healthy relationship. I just wanna be accepted. By his friends and family. Bukan cuman dia aja yang sayang sama aku, tapi semuanya.

Walaupun kita udah putus, dia masih pengen kita deket. Sedeket dulu, tanpa kasih sayang. Soalnya dia telanjur cocok ngobrol dan curhat sama aku. Tapi gimana aku bisa move on kalo kayak gitu caranya? Dia mah enak. Lah aku? 

Maka aku bener-bener pengen move on. Kata Mas Jaka, “The easiest way to forget someone is falling in love again. Nobody says it would be easy, but it must be easier than moving on alone.”

I agree. It’s not that I need a place to run, but it is sure I need a new room with new decoration. I need a place in my head where I can cure my sad mind and live happily inside. I am ready to fall in love again.

Ali always tells me that I wouldn’t take a long time to move on.

I hope so. I do really hope so. Because this feeling’s killing me.

start it all over again

hi, this is my new blog.
i have decided to stop viewing my old blog for personal reason.
some of you may still look at it since my article that talks about Ali and his fans club using fandom theory is available there and my lecturer, apparently, had posted the link to students' group in facebook so it becomes visible to everyone.
but not for me.
the fact is i dont wanna look back.
what happened before i decided making this blog were beautiful, but i have decided to believe that there'll be more beautiful things are coming my way.
this new blog, actually, a manifestation of my efforts in believing a better future.

because we are made with eyes looking forward,
so why do i have to look back?

enjoy :)